Mungkin
kalian bertanya-tanya setelah baca judul artikel ini, yap, “Heh heh tunggu dulu
nih, emangnya nyambung ye, antara kimia sama kisah Dzulqarnain? Teu ngarti
urang mah..”, mungkin ada juga yang dalam hatinya gini, “Waduuh aya-aya waee
nyaak ieu teeh huuh! Araneh pisan, pelajaran kimia dihubungin ama Yajuj dan
Majuj”. Ok ok, supaya kalian paham
maksud dari judul artikel ini, saya bakal ngasih tau kronologinya ya. Follow me
aja ok! :D
Kisah
Dzulqarnain
Sebelum menginjak
maksud judul artikel ini, saya mau menceritakan dulu sebuah pengalaman saya
kepada para pembaca sekalian, dan sekaligus berbagi ilmu yang didapat dari
pengalaman ini J. Begini ceritanya : Sekitar 3 minggu
yang lalu,.. saya membaca Al-Qur’an surat Al-Kahfi. Waktu itu saya membaca surat Al-Kahfi dimulai dari ayat ke-75 sampai ayat ke-111. Tepat
di antara ayat-ayat tersebut, terdapat beberapa ayat yang mengkisahkan sosok
Dzulqarnain (yaitu pada ayat 84-99). Kalian tahu? siapa Dzulqarnain itu?
Jawabannyaa, ada di ayat ke-84. Dia merupakan seorang manusia yang diberi
kelebihan oleh Allah SWT, yakni berupa kedudukan (kekuasaan) di bumi dan
kemampuan untuk mencapai segala sesuatu, namun tetap dia bukanlah seorang Nabi
ataupun Rasul. Waaah, betapa beruntungnya manusia seperti dia yang diberi
kelebihan seperti itu :D . Namuun, di balik kelebihan dan kemuliaannya, dia mempunyai
amanah yang besar atas apa yang dimilikinya, yakni dia menjelajah ke beberapa
negeri yang penduduknya masih kafir, kemudian mengajak mereka beriman atau
menghukum mereka yang kafir.
Perjalanan
Dzulqarnain ke beberapa negeri
Dalam
ayat ke-86, dikisahkan bahwa Dzulqarnain memasuki suatu negeri yang ia lihat,
berada di tempat matahari terbenam. Setelah memasuki negeri itu, dia bertemu
dengan suatu kaum yang tidak beragama (kafir). Dalam ayat ini, Allah SWT
berfirman,”Wahai Dzulqarnain! Engkau
boleh menghukum atau mengajak mereka beriman.” Begitulah perintah Allah
kepada Dzulqarnain, ketika mendapati kaum yang kafir tadi. Di dalam ayat selanjutnya, tidak
dijelaskan apa yang Dzulqarnain lakukan ketika Allah memerintahkan 2 pilihan
seperti tadi. Namun dalam ayat ke-87, Dzulqarnain berkata :”Barangsiapa berbuat zalim, kami akan
menghukumnya, lalu dia akan dikembalikan kepada Tuhan-Nya, kemudian Tuhan
mengazabnya dengan azab yang sangat keras.” Lanjut ke ayat 88, Dzulqarnain
berkata lagi: ”Adapun orang yang beriman
mengerjakan kebajikan, maka dia mendapatpahala yang terbaik sebagai balasan,
dan akan kami sampaikan kepadanya perintah kami yang mudah-mudah.”
Di
ayat 89 sampai ke-99, dikisahkan bahwa Dzulqarnain menempuh suatu jalan kembali
(menjelajah kembali ke negeri yang lain). Hingga pada akhirnya, dia menemukan
suatu negri yang ia lihat, berada di tempat matahari terbit. Dan dia menemukan
kaum yang miskin di dalam negeri itu. Setelah melewati negeri tersebut, dia
menempuh perjalanan selanjutnya. Hingga ia sampai di antara 2 gunung, dan dia
mendapati suatu kaum yang berada di belakang 2 gunung itu. Di dalam ayat ke-93, dijelaskan bahwa kaum tersebut hampir tidak
memahami pembicaraan. Di dalam tafsirnya dijelaskan bahwa kaum tersebut tidak
dapat memahami bahasa orang lain, karena bahasa mereka yang jauh bedanya dari
bahasa yang lain, dan mereka pun tidak dapat menerangkan maksud mereka dengan
jelas karena kekurang-cerdasan mereka. Wallahu ‘a’lam bisshowwaab..
Awal mula pembuatan
dinding penghalang Yajuj dan Majuj
(Lanjut
dari paragraf di atas) Di dalam ayat ke-94, kaum tadi berkata,”Wahai Dzulqarnain! Sungguh, Yajuj dan Majuj
itu makhluk yang berbuat kerusakan di bumi, maka bolehkah kami membayarmu
imbalan agar engkau membuatkan dinding penghalang antara kami dan mereka?”
Di ayat ke-95,Dzulqarnain
berkata,”Apa yang telah dianugerahkan
Tuhan kepadaku lebih baik (daripada imbalanmu), maka bantulah aku dengan
kekuatan, agar aku dapat membuatkan dinding
penghalang antara kamu dengan mereka..” Waaah temen-temen, begitu
mulianya sosok Dzulqarnain itu :D J.
Ok
para pembaca budiman, di paragraph selanjutnya kita akan mulai menginjak tujuan
utama kita, yaitu mengetahui hubungan ayat-ayat Al-Qur’an yang mengkisahkan
Dzulqarnain dengan perlindungan katoda.
Teknik perlindungan
katoda yang diterapkan Dzulqarnain dalam pembuatan dinding itu
Dalam ayat selanjutnya yakni ayat
ke-96, Dzulqarnain berkata kepada kaum tadi,”…berilah aku potongan-potongan besi!” Jadi, pada saat itu juga
Dzulqarnain langsung melakukan poyek besar-besaran itu. Dan ia mulai dengan
meminta bantuan kepada kaum tersebut dan meminta untuk menyiapkan potongan-potongan besi yang ia minta.
Pada
ayat yang sama, Allah berfirman, “..Hingga
ketika (potongan) besi itu telah (terpasang) sama rata dengan kedua puncak
gunung itu, dia (Dzulqarnain) berkata,’Tiuplah(api itu)!’ Ketika (besi) itu
sudah menjadi (merah seperti) api, dia pun berkata,’Berilah aku tembaga (yang
mendidih) agar kutuangkan ke atasnya (besi panas itu).”
Kemudian
di ayat ke-97 Dzulqarnain berkata, “Maka
mereka (Yajuj dan Majuj) tidak dapat mendakinya dan tidak dapat
(pula)melubanginya.”
Dari
kedua paragaraf telah dijelaskan dalam ayat-ayatNya tentang teknik pembuatan
dinding yang dilakukan oleh Dzulqarnain. Prosesnya meliputi beberapa tahap :
1. Potongan-potongan
besi dipasang hingga tingginya sama rata dengan kedua puncak gunung, yang di
mana negeri kaum itu tinggal berada di belakang gunung tersebut.
2. Kemudian
potongan besi yang telah dipasang itu dipanaskan, hingga ia menjadi merah
membara.
3. Setelah
potongan besi itu merah membara, maka ia pun dilapisi dengan tembaga yang
mendidih.
Setelah
beberapa kali saya baca kembali ayat-ayat yang tadi, dan memperhatikan 3 tahap
pembuatan dinding itu. Dengan kagetnya, terbesit dalam benak saya, ayat ini
ternyata memiliki kaitan dengan sisi sains. Dan setelah saya ingat-ingat
kembali tentang apa yang ganjil, akhirnya saya menjadi teringat dengan materi
Kimia yang ada di bangku kuliahan bahkan pernah di pelajari sewatu saya
Madrasah Aliyah/SMA. Yakni dalam bab Reaksi Reduksi dan Oksidasi. Di dalam bab
itu, dijelaskan sebuah teknik perlindungan katoda (pelapisan katoda), yang
dimana suatu material yang lebih mudah teroksidasi atau material yang lebih
mudah karatan (anoda) dapat
dihindari pengkaratannya dengan melapisi zat yang lebih mudah tereduksi (katoda). Singkatnya, pelapisan katoda
ini melapisi material anoda dengan
material katoda.
Tak disangka-sangka
saya merasa tercengang ketika melihat kembali 3 proses pembuatan dinding tadi.
Ok temen-temen :D, mari kita BUKTIKAN dan perhatikan tahap 1. Seperti yang kita tahu bahwa potongan besi yang dipasang
oleh Dzulqarnain itu logam yang memiliki nama unsur Fe. Benar kan? Pasti benar, hehe. Oke kita perhatikan tahap 2 dan tahap 3. Setelah besi itu dipanaskan hingga merah membara,
Dzulqarnain pun menuangkan dengan tembaga yang mendidih. Menuangkan tembaga
mendidih disini berarti menuangkan lelehan tembaga. Hingga lelehan tembaga itu
melapisi potongan besi yang panas itu. Dan kita tahu bahwa tembaga itu
merupakan logam yang memiliki nama unsur Cu.
Betul kan? :D
Subhanallah yah :D, mari
kita telaah lagi kawan-kawan. Sekarang kita lihat urutan kereaktifan logam yang
disusun dari yang paling mengalami oksidasi (paling aktif) ke yang paling
mengalami reduksi (kurang aktif) :
Sumber : http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/
Dari tabel kereaktifan
di atas, antara logam Fe (besi) dan Cu (tembaga), terbukti dengan jelas bahwa Fe lebih mudah teroksidasi dari Cu, sehingga pantas bahwa Fe disebut sebagai anoda dan Cu sebagai
katoda. Karena perlindungan katoda itulah dinding besi tadi menjadi
kuat, anti karatan bahkan dalam ayat ke-97, Yajuj dan Majuj pun tidak akan bisa
mendaki dan melobanginya, tentunya dengan ke-Maha Besar-anNya yang membuat
dinding ini bisa kuat hingga
menjelang kedatangan Yajuj dan Majuj yang menjadi pertanda kiamat. Namun ini hanya pemikiran semata yang saya kaitkan
dengan sains yang tidak ada kaitannya dengan dalil tertulis, melainkan dengan dalil
yang ada di alam ini, wallahu ‘a’lam bisshowwaab.
Maha Benar Allah dengan
segala firmanNya. Ternyata apa yang ada di dalam Al-Qur’an itu bukan hanya
berisi petunjuk, kisah, hikmah dan pelajaran saja ya, melainkan Al-Qur’an juga
mengandung muatan sains seperti ini. Pantas saja Allah berfirman dalam ayat
yang lain, bahwasanya Dia tidak Menciptakan dunia dan segala isinya dengan
sia-sia, melainkan Menciptakannya dengan Haq
(suatu kebenaran). Terbukti dengan perkataan Einstein,”Tuhan menciptakan
alam semesta bukan dengan main-main”. SUBHANALLAH J
Semoga artikel yang saya sajikan ini bermanfaat
bagi para pembaca,
dan semoga kita semakin
mencintai dan gemar untuk membaca Al-Qur’an. Rajin untuk
membacanya dan menelaahnya, khususnya dilihat dari sisi ilmu pengetahuan yang telah kita miliki, yang dengan
kebenarannya juga semoga semakin bertambah keimanan kita kepada Allah dan Rasulnya Muhammad SAW, amiiin Yaa Robbal ‘Aalamiiin . (Wisam/Kominfo)