Tuesday, November 12, 2013

Masih adakah yang mengunjungimu, Rumahku?



Judul diatas, bernada pertanyaan yang aneh, prihatin dan menyedihkan. Rumah sejatinya adalah tempat tinggal seluruh anggota keluarga dimana didalamnya bisa dilakukan semua kegiata secara bersama-sama oleh semua anggota keluarga. Namun apa jadinya apabila rumah ditinggalkan oleh penghuninya? Satu persatu anggota keluarganya pergi, tentu akan serasa sepi, kurang asik, bahkan bisa disebut rumah hantu karena tak terurus. Semua orang mendambakan adanya rumah yang nyaman, hangat, menyenangkan dan menjadi tempat pertama berkembangnya setiap anggota keluarga sebelum melangkah keluar, sehingga tak jarang orang yang unggul diluar berawal dari keadaan rumah yang baik. Maka rawatlah rumah sebaik-baiknya dan jadikanlah tempat kembali dikala lelah untuk beristirahat.
Forum Mahasiswa Garut ITB (FORMAT) bisa dianalogikan sebagai ‘rumah’ bagi mahasiswa Garut yang sedang menuntut ilmu di ITB, karena hampir sebagian banyak massa FORMAT mengakui sebagai rumah keduanya. Analogi  lain adalah ‘keluarga’, yang memang dijadikan suatu sebutan khas dan akrab bagi sifat organisasi ini, yang menjunjung tinggi nilai kekeluargaan dalam keberjalanannya. Tidak ada yang salah ketika menggunakan dua kata tersebut, dan memang semua masa merasakan dan mengakuinya bahwa FORMAT adalah rumah yang dihuni oleh suatu keluarga, mahasiswa yang berasal dari Garut. Jika mengingat lagi masa lalu, banyak kegiatan bersama yang dilakukan oleh massa FORMAT, seperti makan bareng, liburan bersama, ‘rabu meeting’, bahkan acara pengabdian bersama atas nama keluarga besar FORMAT. Dimana kegiatan tersebut tidak mungkin ada tanpa partisipasi semua massa FORMAT, sungguh merupaakkan keluarga yang hangat dan harmonis.

Ketika dibaca ulang judul dan paragraf pertama diatas, saat ini seakan mengintervensi dan bertolak belakang dengan keadaan FORMAT pada masa lampau, yang seakan-akan menjadi rumah yang ditinggalkan anggota keluarganya menjadi suatu organisasi yang sepi, gak asik, dan membosankan. Tidak ada lagi massa FORMAT yang peduli terhadap massa FORMAT lainnya, kegiatan yang sepi bahkan tak terlaksana, dan perumusan/musyawarah yang dihadiri oleh sebagian kecil massa FORMAT. Pertanyaannya sekarang apakah benar keadaan FORMAT sekarang seprihatin itu? Jawabannya ada pada benak dan argumentasi masing-masing massa FORMAT. Setiap orang pasti mempunyai jawaban dan alasan yang berbeda ketika menjawab peratanyaan itu. Ketika harus digeneralisir, hampir setiap orang merasakan hal yang sama yaitu FORMAT yang kaku dan tak menjadi prioritas. Apakah ada keluarga yang kaku? Pantaskah keluarga tidak menjadi prioritas? Jawabannya beragam pula. Sungguh hal yang sangat relatif dan abstrak ketika kita jauh dari kalkulasi matematis. Karena FORMAT memang bukanlah persoalan matematis yang bisa diasumsikan, dimodelkan dan didapat solusinya dengan bantuan mesin. Setiap masa mempunyai rasa, pilihan dan prioritas yang berbeda ketika berbicara FORMAT. Merupakan hal yang sangat disayangkan jika jadinya FORMAT seperti itu, suatu keluarga yang hangat dan harmonis kemudian hilang karena tak ada lagi yang memperdulikannya. Tentunya tak akan pernah ada satupun anggota keluarga yang menginginkan keadaan rumahnya seperti itu dan kehilangan anggota keluarganya.
            Dari semua perbedaan, hanya ada satu kesamaan diantara massa FORMAT yaitu mahasiswa S1 Institut Teknologi Bandung yang berasal dari Garut, mempunyai garis keturunan orang Garut, dan atau yang pernah tinggal dan mempunyai kepedulian terhadap Garut. Memang kita harus kembali menyatukan rasa dan pengakuan yang sama bahwasannya FORMAT ITB adalah ‘rumah’ dan ‘keluarga’, rumah adalah FORMAT dan anggota keluarganya adalah massa FORMAT sementara orang tua yang membuat rumah adalah kabupaten Garut, karena secara alamiah  dan logis FORMAT ada karena sebelumnya GARUT ada. Tidak ada pengecualian, Setiap anggota keluarga harus peduli terhadap rumahnya, ‘lebih baik disini rumah kita sendiri’. Berkaitan dengan kesibukan diluar, komunikasi dan dan rasa ingin kembali tetaplah harus ada. Tidak ada satu keluarga pun yang melarang anggota keluarganya untuk menjadi sukses diluar, pasti akan selalu dido’akan dan didukung oleh anggota anggota keluarga lainnya. Jika terdapat anggota keluarga yang hilang tanpa sebab, seisi rumah akan merasa kehilangan dan sangat sedih karena tak ada lagi keceriaan dan tingkahnya. Ketika anggota keluarga tak kembali, seisi rumah akan berupaya untuk membujuknya kembali atas dasar kepedulian bukan paksaan. Jika ada yang sudah berkeluarga dan mempunyai rumah sendiri, sehingga membuatnya lebih nyaman, pastilah anggota keluarga disini akan setia dan berharap menunggu kunjungannya.
Jangan biarkan anggota keluarga lain bersedih dan terbatas pergerakannya karena tak ada kabar dan kepedulian  dari anggota keluarga yang lain. Bayangkan keadaan rumah dan wajah ibu pertiwi apabila seperti itu, dia akan sangat menyayangkan kehangatan dan keharmonisan yang dulu telah terjalin kini tiada. Dan lebih bisa dibayangkan lagi senyuman ‘ibu pertiwi’ ketika melihat rumahnya makmur, ramai anggota keluarga yang mengunjunginya, berkegiatan besama-sama, penuh dengan keceriaan dan bisa melakukan pengabdian terhadapnya. Karena saya yakin keluarga disini sangat sayang dan peduli terhadap ‘ibu pertiwi’, untuk bisa mengabdi sebaik-baiknya guna membayar kebaikannya selama ini. Bukan atas dasar paksaan, semata-mata kewajiban, tanggungjawab seorang anggota keluarga melainkan atas dasar ketulusan dan kebaikan sebagai fitrah yang Allah anugrahkan kepada umatnya yang terbaik.

Sampurasun dulur............
Fauzy Faisal Awaludin AS F’11 – Teknik Kimia ‘11

No comments:

Post a Comment

    • Popular
    • Categories
    • Archives